Puasa tidak hanya diwajibkan dalam agama Islam saja, tetapi juga
dlm agama Yahudi, Nasrani, Hindu dan agama-agama lainnya. Bahkan pada
masyarakat yg tidak mengenal agama seperti pada bangsa-bangsa primitif, kita
temukan adanya kebiasaan berpuasa.
Mengapa puasa disyariatkan Allah swt. Pertama, puasa adalah alat
utk mendekatkan diri kpd Allah. Hakikat
keberagamaan adalah upaya utk mendekati Allah. Karena itu, kita menemukan puasa
terdapat pada seluruh agama di dunia ini. Kedua, agama memenuhi kebutuhan spiritual atau kebutuhan ruhani kita. Agama ada untuk
memenuhi kebutuhan ruhaniah manusia dalam masyarakat. Kita percaya bahwa yg
membedakan kita dari makhluk lain adalah ruh. Sebagian ahli berpendapat bahwa
hakikat kemanusiaan seseorang terletak pada ruhnya. Sebuah penelitian tentang
puasa di Barat menunjukkan, setelah beberapa hari melakukan puasa, sekelompok
orang yang diamati menunjukkan gejala yg aneh. Pikiran mereka menjadi lebih
filosofis. Orang yg sedang berpuasa mulai berpikir yg abstrak. Pikiran mereka
tidak terbatas pada hal-hal yg konkret lagi.
Dalam ilmu Psikologi diterangkan bahwa bentuk kebutuhan manusia
berubah-ubah sesuai dengan perkembangan kepribadiannya. Pada tahap awal
perkembangan kepribadian, kebutuhan manusia hanya berkaitan dengan hal-hal yg
konkret atau hal-hal yg berwujud dan kelihatan. Pada tingkat ini, kebutuhan itu
memerlukan pemuasan yg sesegera mungkin. Kalau orang lapar, ia makan. Segera ia
puaskan kesenangannya pada makan dan minum. Pada perkembangan kepribadian
seorang anak, letak kenikmatan adalah
pada mulutnya. Anak-anak menemukan kenikmatan ketika memasukkan sesuatu ke dalam
mulutnya. Semakin dewasa kita, maka semakin abstrak kebutuhan kita. Pada
orang-orang tertentu, kepribadiannya itu terhambat dan tidak bisa berkembang. Ada
orang yg terhambat pada pemenuhan kebutuhan mulut saja, yaitu ciri kepribadian
anak-anak. Walau sudah dewasa, dia hanya memperoleh kenikmatan pada makan dan
minum saja. Perbedaannya, dia mengubah makan dan minum itu ke dalam bentuk
hal-hal yang bersifat konsumtif. Ada orang yg membeli barang-barang dan
memperoleh kenikmatan dengan melihat tumpukan barang-barang itu. Sebetulnya
sedikit barang itu saja sudah cukup baginya, tetapi dia memperoleh kenikmatan
dalam pemilikan semua barang itu.
Jadi, semaki n dewasa seseorang, semakin abstrak kebutuhannya.
Kebutuhan yg paling tinggi adalah ketika sesorang berusaha memenuhi
kebutuhan-kebutuhan ruhaninya. Itulah orang yg sudah sangat dewasa. Di bulan
Ramadlan, kita dilatih utk mengembangkan kepribadian kita. Kita meninggalkan
kebutuhan fisik kita menuju ke tingkat kebutuhan ruhaniah yg lebih tinggi. Kita
meninggalkan keterikatan pada tubuh kita dan mulai mendekati ruh kita. Seseorang
yg sudah sampai pada tingkat yang keterikatan pada ruhnya lebih besar daripada keterikatan
pada tubuhnya, akan mampu mengendalikan tubuhnya sendiri. Ia tidak akan mudah
dipengaruhi oleh cuaca. Salah satu tahap dalam kewalian seseorang adalah tahap
ketika seseorang sudah mampu mengendalikan hawa nafsunya. Dia tidak akan marah
ketika semestinya ia membalas dendam. Dia tidak sakit hati ketika seseorang
menyakiti hatinya. Nafsunya sdh terkendalikan. Menahan makan, minum dan
kebutuhan biologis sudah termasuk tingkat kewalian yang paling awal. Jadi pada
bl Ramadan insya Allah kita akan menjadi wali-wali Allah pada tingkat yang
paling dasar.
Lalu bagaimana kalau di bulan puasa ada orang yg mampu
mengendalikan makan, minum dan kebutuhan fisiknya tetapi tidak mampu
mengendalikan hawa nafsunya? Itu berarti orang tersebut tidak masuk ke tingkat kewalian
yang paling dasar, sekalipun. Orang ini memang tidak makan dan minum, tetapi ia
mudah tersinggung. Ia mudah marah dan mencaci orang lain. Lalu Bagaimana cara kita
meningkatkan tingkat kewalian kita? Dalam sebuah hadits qudsi, Allah swt
berfirman:
“Demi keagungan-Ku, kebebasan-Ku, kemuliaan-Ku, cahaya-Ku,
ketinggian-Ku dan ketinggian kedudukan-Ku, tidaklah seorang hamba mendahulukan
kehendaknya di atas kehendak-Ku kecuali Aku cerai beraikan urusannya, Aku
kacaukan dunianya, Aku sibukkan hatinya dengan dunianya. Dan dunianya tidak
mendatanginya kecuali yang sudah Aku tentukan baginya. Demi keagungan-Ku,
kebesaran-Ku, kemuliaan-Ku, cahaya-Ku, ketinggian-Ku dan ketinggian
kedudukan-Ku,tidaklah seorang hamba mendahulukan kehendak-Ku di atas
kehendaknya kecuali akan Aku perintahkan para malaikat untuk menjaganya. Aku
akan jaminkan langit dan bumi sebagai rezekinya. Aku akan menyertai setiap
usaha dagang yang dilakukannya. Dan dunia akan dating sambil merendahkan diri
kepadanya.”
Hadits di atas menjelaskan kepada kita, salah satu cara untuk
mendekatkan diri kepada Allah swt adalah dengan menempatkan kehendak Allah di
atas kehendak kita sendiri. Orang yang berpuasa adalah termasuk orang yang
mendahulukan kehendak Allah di atas kehendaknya sendiri. Ketika siang hari,
keinginannya adalah makan dan minum, sedangkan kehendak Allah adalah supaya ia
tidak makan dan tidak minum. Orang yang berpuasa akan mengutamakan keinginan
Allah itu. Meski lapar, ia tidak akan penuhi keinginannya.
Ketika lapar, umumnya kita mudah tersinggung. Namun, Allah
menghendaki kita di bulan Ramadan untuk mengekang amarah kita. Rasulullah saw
bersaba: “Siapa yang mengendalikan marahnya di bulan Ramadan Allah akan menahan
murka-Nya pada hari kiamat nanti.”
Akhirnya, mudah-mudahan pada Ramadan ini dan seterusnya kita mampu
menempatkan kehendak Allah di atas kita. Sehingga dengan demikian mudah-mudahan
kita bisa meninggikan tingkat kewalian kita di hadapan Allah SWT. Mudah-mudahan
puasa kita, tarawih kita, tadarrus kita, shadaqah kita, I’tikaf dan ibadah kita
diterima oleh Allah SWT. Fa’tabiruu Ya Ulil Albab la’allkum tuflihun.