Selasa, 19 November 2013

Khutbah: HIKMAH PUASA



Puasa tidak hanya diwajibkan dalam agama Islam saja, tetapi juga dlm agama Yahudi, Nasrani, Hindu dan agama-agama lainnya. Bahkan pada masyarakat yg tidak mengenal agama seperti pada bangsa-bangsa primitif, kita temukan adanya kebiasaan berpuasa.
Mengapa puasa disyariatkan Allah swt. Pertama, puasa adalah alat utk mendekatkan diri  kpd Allah. Hakikat keberagamaan adalah upaya utk mendekati Allah. Karena itu, kita menemukan puasa terdapat pada seluruh agama di dunia ini. Kedua, agama memenuhi kebutuhan spiritual  atau kebutuhan ruhani kita. Agama ada untuk memenuhi kebutuhan ruhaniah manusia dalam masyarakat. Kita percaya bahwa yg membedakan kita dari makhluk lain adalah ruh. Sebagian ahli berpendapat bahwa hakikat kemanusiaan seseorang terletak pada ruhnya. Sebuah penelitian tentang puasa di Barat menunjukkan, setelah beberapa hari melakukan puasa, sekelompok orang yang diamati menunjukkan gejala yg aneh. Pikiran mereka menjadi lebih filosofis. Orang yg sedang berpuasa mulai berpikir yg abstrak. Pikiran mereka tidak terbatas pada hal-hal yg konkret lagi.
Dalam ilmu Psikologi diterangkan bahwa bentuk kebutuhan manusia berubah-ubah sesuai dengan perkembangan kepribadiannya. Pada tahap awal perkembangan kepribadian, kebutuhan manusia hanya berkaitan dengan hal-hal yg konkret atau hal-hal yg berwujud dan kelihatan. Pada tingkat ini, kebutuhan itu memerlukan pemuasan yg sesegera mungkin. Kalau orang lapar, ia makan. Segera ia puaskan kesenangannya pada makan dan minum. Pada perkembangan kepribadian seorang anak,  letak kenikmatan adalah pada mulutnya. Anak-anak menemukan kenikmatan ketika memasukkan sesuatu ke dalam mulutnya. Semakin dewasa kita, maka semakin abstrak kebutuhan kita. Pada orang-orang tertentu, kepribadiannya itu terhambat dan tidak bisa berkembang. Ada orang yg terhambat pada pemenuhan kebutuhan mulut saja, yaitu ciri kepribadian anak-anak. Walau sudah dewasa, dia hanya memperoleh kenikmatan pada makan dan minum saja. Perbedaannya, dia mengubah makan dan minum itu ke dalam bentuk hal-hal yang bersifat konsumtif. Ada orang yg membeli barang-barang dan memperoleh kenikmatan dengan melihat tumpukan barang-barang itu. Sebetulnya sedikit barang itu saja sudah cukup baginya, tetapi dia memperoleh kenikmatan dalam pemilikan semua barang itu.
Jadi, semaki n dewasa seseorang, semakin abstrak kebutuhannya. Kebutuhan yg paling tinggi adalah ketika sesorang berusaha memenuhi kebutuhan-kebutuhan ruhaninya. Itulah orang yg sudah sangat dewasa. Di bulan Ramadlan, kita dilatih utk mengembangkan kepribadian kita. Kita meninggalkan kebutuhan fisik kita menuju ke tingkat kebutuhan ruhaniah yg lebih tinggi. Kita meninggalkan keterikatan pada tubuh kita dan mulai mendekati ruh kita. Seseorang yg sudah sampai pada tingkat yang keterikatan pada ruhnya lebih besar daripada keterikatan pada tubuhnya, akan mampu mengendalikan tubuhnya sendiri. Ia tidak akan mudah dipengaruhi oleh cuaca. Salah satu tahap dalam kewalian seseorang adalah tahap ketika seseorang sudah mampu mengendalikan hawa nafsunya. Dia tidak akan marah ketika semestinya ia membalas dendam. Dia tidak sakit hati ketika seseorang menyakiti hatinya. Nafsunya sdh terkendalikan. Menahan makan, minum dan kebutuhan biologis sudah termasuk tingkat kewalian yang paling awal. Jadi pada bl Ramadan insya Allah kita akan menjadi wali-wali Allah pada tingkat yang paling dasar.
Lalu bagaimana kalau di bulan puasa ada orang yg mampu mengendalikan makan, minum dan kebutuhan fisiknya tetapi tidak mampu mengendalikan hawa nafsunya? Itu berarti orang tersebut tidak masuk ke tingkat kewalian yang paling dasar, sekalipun. Orang ini memang tidak makan dan minum, tetapi ia mudah tersinggung. Ia mudah marah dan mencaci orang lain. Lalu Bagaimana cara kita meningkatkan tingkat kewalian kita? Dalam sebuah hadits qudsi, Allah swt berfirman:
“Demi keagungan-Ku, kebebasan-Ku, kemuliaan-Ku, cahaya-Ku, ketinggian-Ku dan ketinggian kedudukan-Ku, tidaklah seorang hamba mendahulukan kehendaknya di atas kehendak-Ku kecuali Aku cerai beraikan urusannya, Aku kacaukan dunianya, Aku sibukkan hatinya dengan dunianya. Dan dunianya tidak mendatanginya kecuali yang sudah Aku tentukan baginya. Demi keagungan-Ku, kebesaran-Ku, kemuliaan-Ku, cahaya-Ku, ketinggian-Ku dan ketinggian kedudukan-Ku,tidaklah seorang hamba mendahulukan kehendak-Ku di atas kehendaknya kecuali akan Aku perintahkan para malaikat untuk menjaganya. Aku akan jaminkan langit dan bumi sebagai rezekinya. Aku akan menyertai setiap usaha dagang yang dilakukannya. Dan dunia akan dating sambil merendahkan diri kepadanya.”
Hadits di atas menjelaskan kepada kita, salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada Allah swt adalah dengan menempatkan kehendak Allah di atas kehendak kita sendiri. Orang yang berpuasa adalah termasuk orang yang mendahulukan kehendak Allah di atas kehendaknya sendiri. Ketika siang hari, keinginannya adalah makan dan minum, sedangkan kehendak Allah adalah supaya ia tidak makan dan tidak minum. Orang yang berpuasa akan mengutamakan keinginan Allah itu. Meski lapar, ia tidak akan penuhi keinginannya.
Ketika lapar, umumnya kita mudah tersinggung. Namun, Allah menghendaki kita di bulan Ramadan untuk mengekang amarah kita. Rasulullah saw bersaba: “Siapa yang mengendalikan marahnya di bulan Ramadan Allah akan menahan murka-Nya pada hari kiamat nanti.”
Akhirnya, mudah-mudahan pada Ramadan ini dan seterusnya kita mampu menempatkan kehendak Allah di atas kita. Sehingga dengan demikian mudah-mudahan kita bisa meninggikan tingkat kewalian kita di hadapan Allah SWT. Mudah-mudahan puasa kita, tarawih kita, tadarrus kita, shadaqah kita, I’tikaf dan ibadah kita diterima oleh Allah SWT. Fa’tabiruu Ya Ulil Albab la’allkum tuflihun.